Selasa, 23 November 2010

Janin Bisa Meninggal dalam Kandungan Jika...

Detail Berita
WHO mengemukakan kematian janin dalam kandungan terjadi saat usia kehamilan 20 minggu. (Foto: Google)
WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologist (2005) mengemukakan bahwa kematian janin dalam kandungan terjadi saat usia kehamilan 20 minggu -dengan berat badan 500 gram atau lebih.

Untuk mengetahui secara detail penyebab janin bisa meninggal dalam kandungan, berikut penjelasan dr Batara Sirait SpOG dari RSIA Budhi Jaya, Jakarta.


1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi.

2. Preeklampsia dan eklampsia.

3. Terjadi perdarahan.

4. Waspada jika mengalami perdarahan hebat akibat plasenta previa (plasenta menutupi jalan lahir) atau solusio plasenta (lepasnya plasenta dari tempat implantasinya di dalam uterus sebelum bayi dilahirkan). Otomatis Hb janin turun dan bisa picu kematian janin.

5. Kelainan kongenital (bawaan) bayi. Misalnya hydrops fetalis, yakni akumulasi cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan hambatan napas bayi. Akibatnya kerja jantung menjadi sangat berat karena banyaknya cairan dalam jantung.  Sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-parunya.

6. Ketidakcocokan golongan darah ibu dan janin. Kerap terjadi golongan darah anak A atau B, sedangkan Moms bergolongan O atau sebaliknya. Pasalnya, saat masih dalam kandungan darah Moms dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka Moms akan membentuk zat antibodi.

7. Janin yang hiperaktif. Gerakan janin yang berlebihan, apalagi hanya satu arah saja bisa mengakibatkan tali pusat yang menghubungkan Moms dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh darah yang mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak hanya itu, kemungkinan tali pusat bisa membentuk tali simpul yang mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak biasa saat hamil.

8. Gawat janin. Bila air ketuban habis otomatis tali pusat terkompresi antara badan janin dengan ibunya. Akibatnya, janin 'tercekik' karena suplai oksigen dari Moms ke janin terhenti. Gejalanya dapat diketahui melalui cardiotopografi (CTG), dimana awalnya detak jantung janin cepat, lama-kelamaan malah menurun hingga di bawah rata-rata.

9. Kehamilan lewat waktu (postterm). Jika kehamilan telah lewat waktu – lebih dari 42 minggu -, plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.

10. Infeksi saat hamil. Jagalah kondisi tubuh dengan baik guna menghindari berbagai infeksi bakteri atau virus. Bahkan, demam tinggi bisa mengakibatkan janin tidak tahan akan panas tubuh ibunya.

11. Kelainan kromosom. Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi. Namun, jarang dilakukan mengingat janin masih dalam kandungan. Selain biayanya mahal, juga sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar