Selasa, 23 November 2010

Alat Rumah Tangga Picu Gangguan Reproduksi

HINDARI penggunaan alat rumah tangga yang mengandung bahan kimia berbahaya. Penelitian terbaru menunjukkan, paparan bahan kimia di rumah memicu gangguan reproduksi, seperti pubertas dini dan kemandulan.

Ancaman serangan penyakit masih berada di sekeliling kita. Salah satunya adalah bahan kimia yang terdapat dalam kandungan alat-alat rumah tangga yang ternyata memiliki dampak negatif dan berbahaya bagi kesehatan. Di antaranya dapat menyebabkan gangguan kesehatan reproduksi, termasuk pubertas dini dan kemandulan.

Bahan kimia tersebut mencakup phthalates, plastik kimia bisphenol A (BPA), senyawa perfluorinated yang banyak ditemukan pada peralatan masak antilengket, flame retardants, triclosan yang dikenal sebagai agen antibakteri, dan merkuri.

Hal itu diungkapkan para ahli di konferensi pers oleh Safer Chemicals, Healthy Families, sebuah koalisi kelompok yang berusaha merevisi Undang-undang Pengawasan Zat Beracun (Toxic Substances Control Act /TSCA) pada 1976 di Amerika Serikat.

Linda C Giudice MD PhD, Kepala Ilmu Kebidanan, Ginekologi, dan Reproduksi di University of California, San Francisco, Amerika Serikat mengatakan, terdapat bukti meningkatnya kontaminasi terhadap bahan kimia kemungkinan memainkan peran besar menyebabkan gangguan reproduksi.

Beberapa di antaranya, seperti BPA, diketahui dapat merusak endokrin yang akan tampak atau bertindak seperti hormon dalam tubuh.

”Kami telah mulai mempertanyakan apakah risiko yang memengaruhi kesehatan reproduksi (dari paparan bahan kimia). Dan sejumlah data cukup untuk mengonfirmasi hal itu,” katanya.

”Kami tidak memiliki pegangan yang kuat tentang mengapa bahan kimia tertentu membuat perempuan Afrika-Amerika misalnya, berisiko untuk mengalami pubertas pada usia dini,” lanjutnya seperti dikutip laman wedmd.com.

Pubertas dini ini, kata Giudice, sebuah hal yang kompleks. ”Ini sebagian disebabkan genetik, sebagian gizi, dan mungkin pengaruh dari faktor lain juga,” ujarnya.

Namun, dia menyayangkan minimnya data yang menjelaskan berbagai hal soal bahan kimia yang digunakan saat ini. ”Tidak adanya data bukan berarti aman,” tegasnya.

Salah satu isu yang diembuskan kelompok penentang TSCA adalah bahwa hal itu ”dikecualikan” dalam 62.000 bahan kimia yang tidak diuji. Sementara itu, beberapa studi yang menghubungkan paparan bahan kimia dengan masalah kesehatan manusia banyak digabung dengan soal lain.

Ada kemungkinan para peneliti tidak memastikan berapa banyak batasan minimal bersentuhan dengan bahan kimia. ”Mereka mungkin melihat dari sisi yang salah,” kata Giudice.

Yang terbaru, sebuah studi oleh Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health & Human Development di National Institutes of Health mungkin bisa memberikan kejelasan lebih banyak.

Studi ini meneliti paparan kimia pada wanita mulai dari waktu pembuahan, hamil, hingga anak-anak mereka melalui masa pubertas. Molly Gray, seorang ibu rumah tangga yang berdomisili di Seattle, Amerika Serikat, yang didaulat sebagai partisipan studi ini dalam keadaan hamil, tidak perlu diyakinkan lebih jauh soal pentingnya membatasi paparan bahan kimia di rumah.

Hal itu karena dia telah dua kali mengalami keguguran saat kandungannya sudah besar. Saat itu, meskipun Molly telah mengonsumsi makanan organik, menghindari ikan yang memiliki kandungan merkuri yang tinggi, dan menggunakan produk ramah lingkungan, tes darahnya tetap saja mengandung 13 bahan kimia beracun, termasuk merkuri.

”Meskipun saya sudah mencoba bersih dan bebas dari kotoran, tapi masih terkena banyak paparan bahan kimia yang memiliki efek beracun,” ungkapnya.

Sampai sekarang, anaknya yang telah berusia satu tahun tampak sangat sehat. ”Kekhawatiran saya tidak diketahui.Kita tidak tahu apa yang terjadi dalam jangka panjang (terhadap anak kita),” kata Molly.

Tracey Woodruff PhD MPH, seorang profesor dan Direktur Program Kesehatan Reproduksi dan Lingkungan di University of California, San Fransisco, Amerika Serikat.

Menurut dia, bahan kimia dan residunya sebenarnya dapat juga ditemukan dalam debu yang beterbangan. Jadi, menjaga rumah tetap bersih dapat membantu meminimalisasi paparan bahan berbahaya tersebut.

Giudice sendiri secara rutin membahas soal ini dengan pasien, tetapi tidak secara berlebihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar