Kamis, 30 Desember 2010

IPB Kembangkan Biji Buah Bintaro Sebagai Energi Alternatif

Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil mengembangkan minyak dari biji Bintaro (cerbera manghas) sebagai energi alternatif. Energi ini bisa menjadi bahan bakar alternatif yang bersumber dari minyak nabati.

Untuk pertama kalinya, IPB Bogor memperkenalkan hasil penelitiannya ini ke masyarakat Kecamatan Teluk Meranti, Kab, Pelalawan, Riau. Kegiatan pengenalan biji Bintaro sebagai energi alternatif ini, bekerjasama IPB Bogor dengan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Pihak perusahaan kertas ini memperkenalkannya dengan masyarakat yang berada di kawasan konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) di kawasan Semenanjung Kampar.

"Sebelumnya memang Menteri Kehutanan meminta pihak IPB untuk melakukan penelitian di kawasan gambut Semenanjung Kampar di areal konsesi PT RAPP. Di lokasi inilah, saya melihat banyak buah bintaro bergelantungan. Dari sana saya mulai melakukan penelitian, dan hasilnya ternyata biji bintaro bisa dijadikan energi alternatif," kata Prof Budi Indra Setiawan, peneliti IPB kepada detikcom, Rabu (29/12/2010).

Dari penelitiannya ini, lantas Budi membawa sejumlah buah bintaro ke kampus IBP Bogor. Dari sana dia lantas mengajak rekan-rekannya, seperti Dr Desrial, Dr Ika Amalia, Y Aris untuk melakukan penelitian terhadap buah bintaro yang seperti mangga itu.

"Setelah kita teliti, biji tersebut bisa menjadi energi alternatif untuk dipergunakan sebagai pengganti minyak tanah, atau solar. Dengan banyaknya pohon bintaro di Semenanjung Kampar, kita harapkan masyarakat nantinya mampu mengolah secara mandiri," kata

Hasil penelitian IPB Bogor ini tentulah menyejutkan warga setempat. Masyarakat di Semenanjung Kampar sudah tidak asing lagi dengan pohon bintaro. Malah warga menganggap pohon itu sangat berbahaya dan melarang anak-anak mereka untuk bermain di dekat pohon tersebut.

"Kita melarang anak-anak bermain di pohon itu. Karena getah dari buah pohon itu bisa membutakan mata. Kami warga desa menyebutkan sebagai pohon babuto. Babuto singkatan dari bahasa kampung kami yakni mambuek mato buto (menjadi mata buta). Sekarang kami senang, ternyata pohon yang kami anggap berbaya itu ternyata bisa menjadi bahan bakar," kata Indris (56) warga setempat.

Sementara itu, Direktur Utama RAPP, Kusnan Rahmin mengatakan dengan adanya temuan ini, diharapkan warga Teluk Meranti dapat menggunakan minyak biji Bintaro sebagai energi alternatif untuk kebutuhan rumah tangga mereka.

"Hasil penelitian dari IPB ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi warga Teluk Meranti untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga mereka dan sekaligus memberikan manfaat secara ekonomi dan juga bagi kelestarian hutan di wilayah Semenanjung Kampar," ujar Kusnan.

"Kerjasama kami dengan IPB ini merupakan langkah awal pengembangan Biji Bintaro sebagai energi alternatif. Untuk pengembangan lebih lanjut, kami membuka peluang bagi pihak-pihak lain untuk bekerja sama dalam upaya mengembangkan energi alternatif dari minyak Biji Bintaro ini sehingga dapat benar-benar teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Teluk Meranti dan di tempat lainnya di kemudian hari," tambahnya.

Tanaman Bintaro banyak tumbuh secara alami di Teluk Meranti. Namun masyarakat setempat belum memanfaatkan tanaman ini secara optimal kecuali dipergunakan untuk racun hama babi di ladang.  Dalam kegiatan ini, kajian biji dari buah Bintaro diekstrak minyaknya dan selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber Bahan Bakar Nabati (BBN) bagi masyarakat Teluk Meranti.

"Dengan adanya kajian ini, kami berharap masyarakat setempat dapat memiliki aktivitas tambahan untuk pengolahan minyak nabati sebagai upaya memenuhi kebutuhan energinya secara mandiri yang kemudian dapat berdampak terhadap pemberdayaan ekonomi secara lokal dan peningkatan pendapatan masyarakat," jelas Kusnan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar